Istriku
Selingkuh Dengan Keponakan
Kejadian
yang terjadi di rumah tanggaku ini tidak akan terulang lagi, karena
istriku sendiri sudah menyadari atas kekilafan yang pernah dia
lakukan dan dia pun telah minta maaf dan bersumpah untuk tidak
mengulanginya lagi. Sebaliknya aku pun demikian, menyadari bahwa
semua itu bukan semata-mata kesalahan istriku saja melainkan aku pun
merasa ikut bersalah dan memaklumi kalau ini semua tidak direncanakan
sebelumnya dan kami anggap sebagai ujian hidup.
Maksud dan tujuan
semua ini aku ceritakan agar dapat dijadikan pegangan dan referensi
buat semua orang yang membacanya, supaya kejadian yang kualami tidak
terjadi pada orang lain, disamping hal tersebut agar semakin lepas
dari sisa beban batin yang mungkin masih ada di diriku.
Kejadiannya
memang tidak diduga dan tidak direncanakan. Awalnya hanya sedikit
salah paham antara aku dan istriku. Dari kesalah-pahaman itu, aku
sedikit merasa sakit hati dan saat itu aku mencoba untuk tidak mau
bertegur sapa dengan istriku. Hal itu aku lakukan, karena awalnya aku
ingin menggoda sampai dimana ketahanan nafsu seks istriku bila tidak
kusentuh selama seminggu. Karena perlu diketahui pembaca, bahwa
istriku dan aku umumnya tiga hari sekali rutin melakukan senggama dan
itu semua umumnya berakhir dengan cucuran kenikmatan. Memang selama
ini kami berdua selalu bervariasi dalam melakukan hubungan seks, dan
kami merasa tidak mengalami masalah dalam hal yang satu ini.
Sebelum
kulanjutkan cerita ini, kuceritakan dulu perihal keluargaku. Di
rumahku tinggal aku (36 tahun, asal pulau Pariwisata), istriku Ayu
(nama panggilan istriku sesuai dengan orangnya) yang cantik molek,
kulit kuning langsat karena turunan dari kota kembang, rambut lurus
hitam lebat dan ini sama dengan bulu kemaluannya yang hitam dan
lebat, umurnya baru 34 tahun dan hidung mancung, lalu ada dua orang
laki-laki lagi yang tinggal di rumahku, yaitu Dani, anakku yang baru
berumur tiga tahun dan Wisne (25 tahun) keponakanku yang awalnya
numpang tinggal karena keperluan mencari kerja dan saat ini tidak
lagi tinggal di rumahku karena telah aku suruh pulang karena
menyangkut perselingkuhan dengan istriku.
Jadi setelah selama tiga
hari aku mencoba menggoda benteng ketahanan istriku dengan cara tidak
bertegur sapa dan tidak memberikan kebutuhan biologisnya, ada sisi
lain yang aku bisa nikmati, yaitu aku melihat perubahan tingkah dari
istriku, tingkah laku yang serba salah, tidur tidak tenang dan banyak
lagi hal-hal yang sebelumnya tidak pernah aku lihat. Hal ini entah
karena aku yang memberikan ekstra perhatian secara sembunyi-sembunyi
atau memang karena akibat dari situasi perseteruan antara aku dan
istriku.
Suatu malam, kulihat jam menunjuk di angka sembilan
malam, saat itu hari keenam aku membisu, aku sengaja pura-pura tidur
duluan dan aku yakin istriku tidak lama pasti menyusul masuk kamar
seperti biasanya. Pada jam-jam segitu, umumnya kami masih nonton TV
bersama di ruang keluarga termasuk juga Wisne keponakanku. Sebenarnya
aku sendiri belum ngantuk tapi aku hanya ingin tahu tingkah laku
istriku saja. Beberapa menit aku pura-pura sudah tidur dengan sedikit
mengeluarkan suara dengkur dan terlihat bayang-bayang (karena pakai
lampu tidur) saat itu istriku susah tidur. Dan aku nyaris tidak
percaya dengan apa yang aku lihat bahwa istriku memainkan tangannya
di selangkangannya sendiri. Awalnya hanya tangannya yang terlihat
bergerak, digesek-gesek naik turun dengan irama yang teratur tapi
setelah beberapa saat kemudian, kulihat istriku melepaskan CD-nya dan
gerakan tangannya semakin tidak beraturan dibarengi nafas yang
semakin ngos-ngosan. Darahku berdesir dan hampir aku tidak bisa
menahan nafsuku sendiri ketika melihat istriku terengah-engah karena
nikmat yang dibuatnya sendiri. Tapi aku tetap pada pendirianku
semula, aku seolah-seolah masih sakit hati dan tidak mau bertegur
sapa, jadi saat itu aku hanya menikmati tingkah sensual istriku.
Dua
hari berikutnya, aku lakukan hal yang sama, yaitu sekitar jam
sembilan aku masuk kamar. Beberapa menit aku tunggu, istriku tidak
masuk kamar seperti biasanya dan aku sengaja menunggu reaksi
selanjutnya karena aku sendiri belum merasa mengantuk. Sekitar
setengah jam, istriku belum masuk juga, tapi aku sayup-sayup
mendengar istriku bicara dengan seseorang. Dan beberapa saat
kemudian, istriku masuk kamar tapi cuma sebentar dan kemudian keluar
lagi dengan menutup pintu secara perlahan tidak seperti biasanya,
mungkin dikiranya aku sudah tertidur pulas pada saat istriku masuk
kamar. Aku semakin ingin tahu, apa yang akan dilakukan istriku
selanjutnya dan bebarapa menit kemudian, aku mendengar pintu kamar
sebelah, yaitu kamar Wisne keponakanku ditutup, tapi suara TV masih
menyala. Aku pikir keponakanku pergi tidur dan istriku masih nonton
TV sendiri. Sekitar lima belas menit, aku ingin melihat apa yang
dilakukan istriku dengan cara naik di atas kursi melihat melalui
jendela ventilasi, tapi di sekeliling ruangan keluarga tidak terlihat
seorang pun, hanya TV yang menyala, lalu aku bertanya dalam hati
kemana perginya istriku, mungkinkah ke kamar mandi, tapi sayup-sayup
kudengar ada suara-suara yang sedikit mencurigakan.
Dalam hati aku
berpikir, mungkinkah istriku masturbasi di kamar mandi. Karena
semakin penasaran, maka secara perlahan, aku keluar kamar dan
bergerak ala detektif mencari asal suara yang mencurigakan itu.
Hampir aku tidak percaya, datangnya suara dari kamar keponakanku.
Karena diluar dugaanku, aku harus bertindak cepat untuk mengetahui
apa yang dilakukan istriku di kamar keponakanku sendiri, hatiku
berdebar-debar dan aku sadar tidak boleh ceroboh dalam bertindak,
maka secara perlahan kuambil kursi untuk melihat sedang apa mereka di
kamar keponakanku. Astaga apa yang kulihat, istriku sedang berciuman
mesra dengan Wisne, hampir aku langsung mendobrak pintu kamar
keponakanku, tapi aku gemetar bercampur rasa penasaran dan ada
perasaan unik tersendiri begitu melihat istriku bergumul dan
bermesraan dengan orang lain, sehingga kuputuskan untuk mengintip
perselingkuhan yang dilakukan istriku. Sebenarnya ada rasa ingin
marah dan cemburu, tapi di sisi lain, ada perasaan lain yang membuat
aku berdebar-debar ingin menyaksikan.
Kulihat mereka masih ciuman
sambil bersandar di dinding, tangan kanan istriku telah merogoh
batang kejantanan Wisne yang masih pakai celana pendek dan tangan
tangan Wisne meremas-remas buah dada istriku yang masih pakai daster.
Jantungku semakin berdebar dan tidak terasa aku ikut terangsang
karena selama ini aku pun menahan nafsuku. Terlihat keduanya sangat
bernafsu, terutama istriku. Sambil tangan kanan tetap meremas dan
mengocok batang kemaluan Wisne, tangan kirinya melepaskan kancing
dasternya dan dalam beberapa saat, dasternya merosot ke lantai,
sedang tangan Wisne terlihat berusaha membuka kaitan BH istriku, lalu
mulut Wisne beralih ke puting susu istriku. Terlihat istriku
menggeliat keenakan. Dan tangan istriku tidak ketinggalan, membuka
kancing celana Wisne dan langsung melorotkan CD Wisne. Terlihat
batang kemaluan Wisne telah tegak dengan gagahnya, besar dan
panjangnya hampir sama dengan punyaku, hanya punya Wisne agak sedikit
bengkok ke atas dan agak lebih kuning dari punyaku, mungkin karena
dia masih perjaka dan belum pernah diasah.
Dan setelah
kedua-duanya telanjang bulat, mereka bergeser ke arah ranjang dan
sambil masih berciuman, istriku direbahkan dengan kaki masih di
lantai.
Terdengar suara permohonan istriku pada Wisne, "Wisne
cepat masukkan barangmu.. cepaat..!"
Mereka terlihat
terburu-buru. Karena terlalu lebatnya bulu kemaluan istriku, batang
kejantanan Wisne tidak bisa langsung masuk, dan tangan Wisne terlihat
menyibakkan bulu-bulu kemaluan istriku. Batang kejantanannya
digesek-gesekkan ingin masuk, tetapi terlihat agak susah. Perlu
diketahui, istriku saat melahirkan Dani dengan cara operasi caesar,
jadi hingga saat ini, lubang senggama istriku masih normal dan
sempit.
Karena agak mengalami hambatan memasukkan batang
kejantanannya, lalu istriku sedikit membuka selangkangannya dan,
"Bless.." masuklah kepala batang kejantanan Wisne.
Wajah
Wisne terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke
depan batang keperkasaan Wisne amblass ke liang senggama
istriku.
"Ohh.. ohh.." keluh kenikmatan istriku.
Dengan
posisi badan istriku rebah di ranjang dan kaki sedikit diangkat dan
kedua tangan istriku dirangkulkan di leher Wisne, sedang Wisne
sendiri dengan posisi berdiri dan tangannya bertopang pada ranjang,
terlihat mereka menikmati kocokkan-kocokkan yang dibuatnya. Hanya
beberapa saat, kocokkan batang kemaluan Wisne semakin cepat dan
terlihat mata Wisne meram melek dan istriku memprotesnya.
"Jangan
dulu Wis.. jangan dulu.. Aku belum apa-apa Wis.." pinta
istriku.
Dan terdengar suara rintihan nikmat Wisne, "Ehh..
eeh.. creet.. cruutt.."
Mungkin karena belum berpengalaman,
dia tidak bisa mengendaliakan senjatanya dan dalam hati, aku
bersyukur bahwa istriku tidak mendapatkan kenikmatan dari Wisne
dengan harapan nantinya minta dilanjutkan denganku, suaminya.
Kulihat
istriku memukul-mukul pundak Wisne.
"Kamu ini gimana sih..?
Baru beberapa menit sudah keluar.. Aku belum apa-apa.." kata
istriku.
Wisne sambil ngos-ngosan menjawab, "Maaf Tante,
Wisne belum pengalaman.. "
Wisne merebahkan diri telentang di
ranjang, batang kejantanannya semakin mengendor, lunglai basah kuyup
akibat campuran cairan spermanya dan lendir dari liang senggama
istriku. Terlihat istriku mengambil kain untuk membersihkan
kemaluannya dari semprotan dan tetesan sperma Wisne dan dilanjutkan
membersihkan batang kemaluan Wisne. Kupikir berakhirlah adegan
ranjang mereka.
Ternyata dengan kelihaian istriku serta nafsu yang
masih belum terlampiaskan, batang kejantanan Wisne diusap-usap,
dielus dan dikocok-kocok lembut oleh tangan lentik istriku. Akhirnya
terlihat mulai mengembang lagi batang keperkasaan Wisne. Biasanya aku
kalau habis main dengan istriku, batang kejantananku tidak bisa
bangun lagi, mungkin karena tempo permainan yang amat lama dan
biasanya istriku langsung terkulai lemas sama seperti aku yang
selanjutnya tertidur lelap.
Kini batang keperkasaan Wisne tegak
menantang kembali dan istriku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Dengan posisi Wisne tetap telentang, istriku mengatur posisi jongkok,
persis di atas batang keperjakaan Wisne. Otomatis, dalam hal ini,
istriku yang berperan. Tangan kanannya memegang batang keperkasaan
Wisne dan menuntun masuk ke lubang kemaluannya. Selanjutnya, istriku
bergerak naik turun. Terlihat pantatnya yang kuning mulus berayun
seirama dengan gerakannya.
Dalam beberapa menit, terdengar
rengekkan nikmat istriku, "Ooohh.. oohh.. oohh.. oohh.."
Istriku
melenguh nikmat dan kocokannya semakin kencang dan, "Ooohh..
oohh.. oohh.." semakin panjang lengkuhannya.
"Ooohh..
Wisne.., Aku mau keluar Wis.. Ooohh.."
Batang keperkasaan
Wisne menancap semua, amblas dan yang terlihat hanya butir-butir
kemaluan Wisne. Istriku terkulai lemas di atas dada Wisne. Hal itu
dibiarkan saja oleh Wisne, malah kedua tangan Wisne meremas-remas
pantat istriku.
Beberapa menit kemudian, Wisne berusaha
membalikkan posisi. Istriku ditelentangkan dan Wisne bergantian
jongkok tepat di atas liang senggama istriku. Lubang kemaluan istriku
terlihat mengkilap karena lendir yang dikeluarkannya. Dengan
perlahan, Wisne mulai memompa naik turun dan pinggul istriku ikut
menggoyang ke arah kiri dan kanan.
"Ooohh.. oohh.."
terpaksa batang kemaluanku kukocok sendiri karena tidak tahan melihat
adegan panas istriku.
Kocokan Wisne kali ini lama sekali, tidak
berhenti-berhenti dan terdengar istriku minta dipercepat gerakan
mengocoknya batang keperkasaan Wisne.
"Teruuss.. teruuss..
cepat kocok terus Wis.., cepat lagi Wis..!" sampai terdengar
suara kocokan batang kejantanan Wisne di liang senggama istriku,
"Pleekk.. pleekk.. pleekk.."
Wisne mulai melenguh lagi,
"Ohh.. eehh.. oohh.. eehh.."
Istriku tidak ketinggalan,
juga ikut mendesah, "eehh.. eehh.. eehh.. eehh.. teruuss..!
terruuss..! Aku mau keluar lagi Wiiss..! Ooohh.."
Wisne
menekan batang kemaluannya kuat-kuat di lubang kemaluan istriku
karena kedua tangan istriku merangkul pantat Wisne untuk ditekankan
ke arahnya. Aku pikir, Wisne juga sudah keluar maka batang kemaluanku
kukocok terus hingga spermaku muncrat juga.
"Ooohh.. creett..
crett.."
Beberapa menit kemudian, terdengar istriku bicara
pada Wisne, "Cabut dulu kontolmu Wis..!"
Wisne mencabut
batang kemaluannya dari jepitan liang senggama istriku. Istriku
berbalik tengkurap, mau apa lagi mereka. Ternyata kejantanan Wisne
masih terangsang berat.
"Masukkan lagi kontolmu Wis..
cepaatt..!" pinta istriku lagi.
Agak sedikit berjongkok,
dimasukkan lagi ke liang senggama istriku.
"Ooohh.."
terdengar istriku menikmatinya, "Wis.. terasa mengenai dinding
rahimku, Wis..!"
Wisne mulai bergerak maju mundur
mengaduk-aduk kemaluan istriku lagi
"Ooohh.. nikmatnya memek
Tante.., oohh enak sekali kalau begini Tante.. semakin enak
Tante.."
Istriku menikmatinya, "Teruuss.. kocok teruuss
Wis..! Aku merasakan kontolmu semakin enak saja Wis..! Teruuss..
Wis.. teruss..!"
Semakin Wisne mendapat angin segar, maka
dikuatkan kocokkannya dan, "Plookk.. plookk.. plookk.. cleepp..
cleepp.. plookk.. oohh.. oohh.. nikmat Tante. Memek Tante semakin
hangeett Tante, oohh.., plokk.. plookk.. cleepp.. plookk.. cleepp..
oohh, Wisne mau keluar Tante.. oohh.. oohh.. Creett.. creett..
cruutt.."
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar